Sabuk Van Allen - Sabuk Radiasi Ketiga Pelindung Bumi
Sejak 1958, para astronom telah mengetahui bahwa Bumi diselimuti oleh dua kumpulan partikel bermuatan yang tersusun seperti cincin yang disebut sabuk radiasi Van Allen.
Kini para astronom menemukan sabuk radiasi ketiga. Sabuk yang masih bersifat sementara itu muncul selama satu bulan pada akhir tahun lalu sebelum dihapuskan oleh gelombang kejut yang dipancarkan badai matahari.
Sabuk radiasi ketiga masih menyimpan banyak misteri. Para astronom berharap dapat mengetahui seberapa sering sabuk ketiga muncul dan mempelajari perilaku ketiga sabuk radiasi Bumi.
"Sabuk radiasi dapat merusak komunikasi satelit dan GPS (global positioning system) serta meningkatkan dosis radiasi terhadap para astronot di antariksa," kata John Grunsfeld, peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Senin, 4 Maret 2013.
Sabuk radiasi Van Allen--dinamai dari penemunya, James Van Allen--diketahui membengkak secara berkala sebagai akibat dari cuaca ruang angkasa dan paparan badai matahari. Namun, menurut Grunsfeld, penyebab pastinya masih belum dimengerti.
Pengamatan terbaru, yang dipublikasikan dalam jurnal Science, dilakukan oleh wahana kembar Van Allen milik NASA. Wahana yang diluncurkan pada 30 Agustus 2012 itu memuat peralatan deteksi partikel berteknologi tinggi yang memungkinkan para astronom untuk melihat secara detil bagaimana sabuk radiasi diisi partikel bermuatan.
"Wahana kembar Van Allen juga dapat memberikan pengetahuan tentang apa yang mengubah sabuk radiasi dan bagaimana pengaruhnya terhadap atmosfer Bumi," ujar Grunsfeld.
Sabuk radiasi Van Allen sebelumnya diyakini berupa satu sabuk berbentuk cincin dengan garis yang kabur. Namun, gambar resolusi tinggi yang diambil oleh Teleskop Proton Elektron pada wahana Van Allen mengungkapkan dua cincin terpisah dengan ruang yang jelas di antara keduanya.
"Kami pikir telah mengetahui tentang sabuk radiasi, tapi sebenarnya belum," kata Nicky Fox, deputi proyek ilmiah wahana Van Allen dari Johns Hopkins University. Menurutnya, kemajuan teknologi deteksi partikel bermuatan yang dibuat NASA dalam misi ini berdampak langsung pada ilmu dasar.
Komentar
Posting Komentar